Tuesday, July 15, 2014

Sewa Kantor Jakarta, Bisnis Yang Alami Kenaikan

Harga properti di Jakarta mungkin masih lebih rendah ketimbang Singapura atau Kuala Lumpur. Namun jangan salah, di masa mendatang harga sewa kantor Jakarta bisa lebih mahal dibandingkan dengan kota mana pun lantaran naiknya sangat cepat.


Konsultan properti internasional Cushman & Wakefield, dalam laporan riset akhir tahun bertajuk "Global Office Forecast", menyampaikan bahwa pada 2014 pasar perkantoran global relatif stabil dan pada 2015 akan tumbuh pesat, setelah 2013 sebagian besar pasar perkantoran pada kota-kota utama di dunia mengalami perlambatan.

Melalui keterangan tertulis, Managing Director Research Cushman & Wakefield Asia Pasific, Sigrid Zialcita, mengatakan harga sewa kantor di Jakarta bisa melambung hingga 30 persen

Ada beberapa faktor yang menyebabkan harga sewa kantor di Jakarta terus melambung. Variabel pertama adalah tingginya permintaan setelah banyak korporasi asing yang membuka cabang di Indonesia. Booming ekonomi dan kelas menengah turut menyebabkan harga sewa kantor di Jakarta semakin mahal.
Selain Jakarta, kota mana saja yang mengalami kenaikan harga sewa kantor tertinggi?

1. Jakarta: pertumbuhan 25 persen
2. Dublin: pertumbuhan 13 persen
3. Boston: pertumbuhan 11 persen
4. San Fransisco: pertumbuhan 8 persen
5. London: pertumbuhan 7,5 persen
6. Singapura: pertumbuhan 7 persen
7. Tokyo: pertumbuhan 6,5 persen
8. Seattle: pertumbuhan 6 persen
9. Manila: pertumbuhan 5,5 persen
10. New York: pertumbuhan 5 persen

Monday, July 14, 2014

Lemahnya Nilai Rupiah, Sewa Kantor Jakarta Tetap Perkasa

Pertumbuhan pusat bisnis di beberapa kawasan di Jakarta memicu kenaikan harga tanah, mencapai 20 persen per tahun. Rupiah boleh saja terpuruk, berada di 11.854 per dollar AS berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia atau JISDOR. Namun, sektor properti salah satunya sewa kantor Jakarta tetap cemerlang.
Hal tersebut ditandai dengan tingkat okupansi (hunian) gedung-gedung perkantoran khususnya sewa kantor di kawasan Central Business District (CBD) Jakarta yang masih berada pada level 96,5 persen.
 

Berdasarkan hasil riset Colliers International Indonesia, pelemahan nilai tukar rupiah tidak akan mengganggu dan mengubah transaksi sektor perkantoran terutama sewa kantor. Pasalnya, sejauh ini salah satu sektor properti tersebut merupakan investasi jangka panjang.

Menurut Associate Director Research Colliers International Indonesia, Ferry Salanto, perubahan nilai tukar memang merupakan sesuatu yang sensitive, hanya berpengaruh pada bisnis yang pendapatannya tidak dalam dollar atau pun penyewa dengan masa sewanya sudah berakhir. Namun itu tidak sampai membuat investor perkantoran di Jakarta melakukan relokasi dari gedung A ke B dengan perbedaan klasifikasi dan harga sewa atau bahkan menunda ekspansi.

Ferry mengatakan fluktuasi rupiah masih bisa diatasi. Nilai tukarnya pun masih berada dalam batas aman, belum menyentuh Rp 13.000 atau Rp 15.000. "Kalau itu terjadi, sektor perkantoran akan di warnai negosiasi ulang antara land lord dan penyewa. Sehingga ada batasan exchange rate yang akan dibuat menjadi flat. Hal ini pernah terjadi pada tahun 2008-2009 lalu”.

Hasil riset Colliers, gedung perkantoran khususnya sewa kantor Jakarta akan menambah pasokan baru di CBD pada semester II 2014 adalah Sinarmas MSIG di Jl Sudirman, Gran Rubina di Jl HR Rasuna Said, Kuningan, The Convergence di Rasuna Epicentrum, Kuningan, dan Noble House di Mega Kuningan, Jakarta Selatan.

Sewa Kantor Jakarta Non-CBD Meningkat


Konsultan Properti Cushman and Wakefield Arief Raharjo mengatakan bahwa pasar sewa kantor Jakarta untuk perkantoran di area non-Central Business District (non-CBD) mencatatkan angka pertumbuhan harga gross dari sewa kantor Jakarta rata-rata sebesar 21 persen selama tahun 2013 kemarin. Hal tersebut menurutnya merupakan pertumbuhan harga sewa kantor Jakarta tahunan tertinggi yang pernah terjadi sebelumnya.


Mulai tahun 2010 hingga 2012, pasar sewa kantor Jakarta di area non-CBD menunjukkan pertumbuhan dan kinerja yang cukup tinggi. Sehatnya area non-CBD Jakarta ini terlihat dari tingkat okupansi rata-rata yang mencapai 91 persen. Okupansi adalah jumlah unit yang tersewa atau terisi dalam sebuah properti sewa, dalam hal ini adalah sewa kantor Jakarta. 

Pertumbuhan tertinggi harga sewa kantor Jakarta rata-rata terjadi di Jakarta Utara dan Jakarta Selatan.  Beberapa kawasan yang tampak menonjol belakangan ini dan diperkirakan akan semakin ramai adalah Puri Indah, Pluit, Kemayoran, dan Cempaka Putih.
Pertumbuhan harga sewa kantor Jakarta Utara disebabkan berdirinya gedung-gedung perkantoran baru yang berkualitas baik di area Pluit. Sementara untuk sewa kantor Jakarta Selatan, koridor T.B. Simatupang masih diminati oleh pasar, terbukti dari tingginya harga sewa kantor gross bulanan sebesar Rp 248.659 per meter persegi per bulan.

Diperkirakan hingga 2016 mendatang pertumbuhan pasokan perkantoran untuk area di luar kawasan pusat bisnis ini akan mencapai angka 39 persen. Angka ini tercatat lebih tinggi dibanding dengan area CBD, yang tumbuh “hanya” 33 persen. Proporsi pasokan mendatang masih didominasi Jakarta Selatan, yaitu 70 persen dari total pasokan area non-CBD.

"Koridor Simatupang masih menjadi konsentrasi terbesar pasokan mendatang di Jakarta Selatan," prediksi Arief. Bahkan, ia mengatakan bahwa untuk beberapa kawasan di area Greater Jakarta akan terlihat semakin bertumbuh, seperti Bintaro dan BSD-Alam Sutera. Tingkat penyerapan bersih sewa kantor Jakarta dalam periode 2008-2013, yakni rata-rata tumbuh sebesar 26 persen.